BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pendidikan mensyaratkan perkembangan kemampuan
siswa secara Optimal, dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung
jawab dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Sebagai individu, siswa
memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan. Kenyataan yang dihadapi,
tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk kemudian memahami dan
mengembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang berinterksi dengan
lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah.
Menyadari hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar
dapat berindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.
Sekolah sebagai institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan
pengetahuan tetapi juga mengembangkan kesluruhan kepribadian anak. Sebagai
profesional guru memegang peran penting dalam membantu murid mengembangkan
seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang
dibahas di sini adalah:
1.
Pengertiam
Bimbingan dan Konseling
2. Peran Bimbingan dan Konseling
Dalam Pendidikan di Sekolah
3. Tujuan Bimbingan di Sekolah
4. Peranan Bimbingan dan
Konseling dalam Pembelajaran
5. Landasan Bimbingan dan
Konseling
6. Prinsip-prinsip Operasional
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
7. Asas-asas Bimbingan dan
Konseling
8. Orientasi Layanan Bimbingan
dan Konseling
9. Peranan Guru dalam Bimbingan
dan Konseling
10. Program Bimbingan di Sekolah
11. Variasi Program Bimbingan
Menurut Jenjang Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertiam Bimbingan dan Konseling
Beberapa
pengertian bimbingan diantaranya:
- Jones: guidance
is the help given by one person to another in making choice and justment and in
solving problems. Pengertian ini mengandung maksud bahwa pembimbing hanya
bertugas membantu agar individu mampu membantu dirinya sendiri dan keputusan
terakhir tergantung pada individu yang bersangkutan.
- Rochman
Natawidjaja: bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan. Supaya individu dapat memahami dirinya dan
dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat.
- Bimo
Walgito: bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di
dalam kehidupannya agar dapat menyesuaikan kesejahteraan hidupnya.
Dari definisi
di atas disimpulkan bahwa bimbingan merupakan (a) proses yang
berkesinambungan, (b) proses membantu individu, (c) bertujuan agar individu
dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya
dan (d) tujuan utamanya agar individu memahami diri dan menyesuaikan dengan
lingkungannya.
Istilah
konseling sering diartikan sebagai penyuluhan, walaupun sebenarnya kurang
tepat. Untuk menekankan kekhususannya digunakan istilah bimbingan dan
konseling. Kegiatan-kegiatan konseling mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Pada umumnya dilaksanakan secara individual
2. Pada umumnya dilaksanakan dalam suatu perjumpaan tatap muka
3. Dibutuhkan orang yang ahli
4. Tujuan diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.
5. Klien pada akhirnya mampu memecahkan masalah dengan kemampuannya
sendiri.
B.
Peran Bimbingan
dan Konseling Dalam Pendidikan di Sekolah
Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia yang seutuhnya. Bimbingan dan
konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendidikan dengan menangani
masalah dan memberikan layanan secara khusus pada siswa, agar siswa dapat
mengembangkan dirinya secara penuh.
Kehadiran koselor sekolah membantu guru dalam memperluas pandangan guru
tentang masalah afektif yang erta kaitannya dengan profesi guru, seperti
keadaan emosional yang mempengaruhi proses belajar-mengajar, mengembangkan
sikap positif dan menangani masalah yang ditemui guru dalam pelaksanaan
tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang saling menunjang demi
terciptanya pembelajaran yang efektif. Kegiatan bimbingan dan konseling dengan
demikian tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sekolah.
C.
Tujuan Bimbingan
di Sekolah
Tujuan bimbingan di sekolah ialah membantu siswa dalam :
1) mengatasi kesulitan belajar, 2) mengatasi kebiasaan yang tidak baik pada
saat kegiatan belajar maupun dalam hubungan sosial, 3) mengatasi kesulitan yang
berhubungan dengan kesehatan jasmani, 4) hal yang berkaitan dengan kelanjutan
studi, 5) kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan pekerjaan
dan 6) mengatasi kesulitan masalah sosial-emosional yang berasal dari murid
berkaitan dengan lingkunga sekolah, keluarga dan lingkungan yang lebih luas.
Dalam bahasa lain Downing mengemukakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah
sama dengan pendidikan terhadap diri sendiri yaitu membantu siswa agar dapat
memenuhi kebutuhan sosial psikologis, merealisasikan keinginan serta
mengembangkan kemampuan dan potensinya.
D.
Peranan Bimbingan
dan Konseling dalam Pembelajaran
Salah satu problem yang dihadapi siswa di sekolah adalah kesulitan
belajar. Ciri yang tampak seperti nilai jelek, hasil tidak sesuai dengan usaha,
sikap yang kurang baik; menentang, berdusta dan tingkah laku lain seperti
membolos.
Siswa kadang tidak mengetahui bahwa ia bermasalah. Dalam keadaan seperti
ini hal yang diperlukan siswa yaitu 1) bimbingan belajar. 2) bimbingan sosial
dan 3) bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi.
1. Bimbingan belajar
Bimbingan
belajar bertujuan mengatasi masalah kegiatan belajar di dalam atau luar
sekolah; meliputi bimbingan cara belajar (kelompok atau individual),
merencanakan waktu dan kegiatan belajar, kesulitan dalam mata pelajaran
tertentu, dan hal yang berkaitan dengan cara, proses, prosedur dalam belajar.
2. Bimbingan social
Tujuan
bimbingan sosial yang agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan
kelompok, sehingga tercipta suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu
Ahmadi bimbingan sosial dimaksudkan untuk memperoleh kelompok belajar dan
bermain, persahabatan dan kelompok sosial yang sesuai dan yang akan membantu
dalam menyelesaikan masalah tertentu.
3. Bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi
Beberapa
masalah pribadi menimbulkan konflik, misalnya antara intelektual dan emosi,
bakat dan aspirasi lingkungan, antar kehendak, antar situasi. Menurut Downing,
layanan bimbingan pribadi bermanfaat terutama dalam membantu menciptakan
hubungan sosial yang menyenangkan, menstimulasi siswa meningkatkan partisipasi,
mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna, meninggalkan motivasi belajar
dan menstimulasi tumbuhnya minat bakatnya.
E.
Landasan
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan di
sekolah mengikuti prinsip atau landasan yang akan menentukan pendekatan dalam
membantu klien, yaitu:
·
Memperhatikan perkembangan siswa
sebagi individu mandiri yang berpotensi
·
Bimbingan berkisar pada dunia
subjektif individu
·
Bimbingan dilaksanakan atas
kesepakatan dua pihak
·
Bimbingan berlandaskan pengakuan
atas hak asasi
·
Bimbingan bersifat ilmiah dengan
mengintegrasikan ilmu-ilmu psikologis
·
Pelayan untuk semua siswa, tidak
hanya yang bermalah saja
·
Bimbingan merupakan proses, terus
menerus, berkesinambungan dan mengikuti tahapan perkembangan anak.
F.
Prinsip-prinsip
Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Prinsip ini mengatur landasan teoritis pelaksanaan layanan bimbingan
konseling. Terdapat empat prinsip yaitu prinsip umum, prinsip yang berhubungan
dengan individu yang dibimbing. Individu pembimbing dan prinsip yang berkaitan
dengan organisasi dan administrasi bimbingan.
Prinsip umum antara lain mengatur tentang pengkajian masa lalu sebagai
pembentuk aspek kepribadian, pemahaman atas perbedaan karakter tiap individu,
bantuan diberikan agar individu mampu mandiri, bimbingan harus disesuaikan
dengan program pendidikan, bimbingan dipimpin orang yang profesional dan terhadap
program bimbingan harus selalu diadakan penilaian antara pelaksanaan dan
rencana yang dirumuskan.
Prinsip yang berkaitan dengan individu yang dibimbing: bimbingan haruslah
ditujukan pada seluruh siswa, ada kriteria prioritas layanan. Bimbingan harus
berpusat pada siswa, haruslah dapat memenuhi kebutuhan tiap individu yang
beragam. Keputusan terakhir haruslah pada klien dan klien berangsung-angsur
harus mampu untuk mandiri.
Prinsip bagi pembimbing meliputi kualifikasi yang memadai, kesempatan
mengembangkan diri lewat berbagai pelatihan. Pembimbing perlu memanfaatkan
semua sumber, berbagai metode dan teknik bimbingan bagi efektivitas pemberian
bantuan pada siswa. Konselor harus menjaga asas kerahasiaan klien.
Prinsip dalam organisasi dan administrasi bimbingan meliputi prinsip
kesinambungan, ada kartu pribadi bagi setiap siswa, bimbingan harus disesuikan
dengan kebutuhan sekolah. Ada
pembagian waktu yang baik, berbagai metode bimbingan baik individual dan
kelompok. Sekolah perlu bekerja sama dengan lembaga lain diluar sekolah dan
kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelakasanaan bimbingan.
G.
Asas-asas
Bimbingan dan Konseling
Asas adalah
segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan. Menurut
Prayitno ada beberapa asas yang harus diperhatikan:
1.
Asas kerahasiaan
Asas ini
merupakan asas kunci, karena klien mampu mengungkap masalahnya pada orang yang
dipercaya klien. Dengan adanya keterbukan masalah akan dapat diselesaikan
dengan baik.
2.
Asas keterbukaan
Asas ini
didasarkan atas asas kerahasiaan. Klien dan konselor perlu suasana keterbukaan
untuk mengungkapkan perasaan, pemikiran dan keinginan yang berkaitan dengan
permasalahan yang ingin diselesaikan.
3.
Asas kesukarelaan
Asas ini
lebih terkait dengan pribadi konselor. Konselor perlu memiliki sikap sukarela
dalam membantu menyelesaikan permasalahan klien. Dengan sikap sukarela dari
konselor klien akan dengan sukarela pula menceritakan dan mencari solusi atas
permasalahannya.
4.
Asas kekinian
Fokus
pemecahan permasalahan klien adalah pada masa saat ini. Apa yang saat ini
dirasakan dan menjadi permasalahan klien adalah hal yang perlu diselesaikan
dalam pertemuan konseling.
5.
Asas kegiatan
Konseling
dapat berlangsung baik apabila klien mau melaksanakan tugas yang diberikan.
Konselor hendaknya mampu memotivasi klien melakukan kegiatan yang disarankan
dalam sesi konseling demi tujuan penyelesaian masalah klien.
6.
Asas kedinamisan
Dinamis
merupakan perubahan menuju pada kemajuan yang terjadi pada klien. Konselor hrus
memberikan layanan yang sesuai dengan sifat keunikan tiap individu demi
perubahan ke arah perkembangan pribadi yang lebih baik.
7.
Asas keterpaduan
Dalam
pemberian layanan, konselor perlu memperhatikan aspek kepribadian klien yang
diarahkan untuk mencapai keharmonisan dan keterpaduan. Keterpaduan ini
berkaitan dengan aspek klien maupun mengenai keterpaduan isi dan proses
layanan.
8.
Asas kenormatifan
Usaha layanan
tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlalu sehingga tidak terjadi
penolakan dari pihak yang dibimbing. Asas ini berkaitan dengan proses dan saran
atau keputusan yang dibahas dalam konseling.
9.
Asas keahlian
Proses
konseling harus dilakukan dengan profesional dan oleh orang yang profesional
yang menntut ketrampilan khusus dan terlatih untuk melakukan konseling.
10. Asas alih tangan
Asas ini
bertujuan agar tidak terjadi pemberian layanan yang tidak tepat. Bila
permasalahan klien perlu penanganan dari ahli yang lain maka pengalihtanganan
kepada pihak yang lebih ahli perlu dilaksanakan.
11. Asas tut wuri handayani
Makna layanan
bimbingan dan konseling tidak hanya berkaitan dengan permasalahan saat tertentu
melainkan makna tersebut tetap dirasakan oleh klien pada masa yang akan datang.
H.
Orientasi Layanan
Bimbingan dan Konseling
Layanan
bimbingan dan konseling berorientasi pada perkembangan individu. Berdasarkan
atas hal tersebut, layanan bimbingan konseling disekolah akan menekankan pada
1) orientasi individual, 2) orientasi perkembangan siswa dan 3) orientasi
permasalahan yang dihadapi.
1.
Orientasi individual
Tiap individu
berbeda, didasarkan atas latar belakang pengalaman dan sifat kepribadian yang
dimiliki. Hal ini harus menjadi perhatian yang besar dalam memberikan konseling
karena perbedaan dasar ini akan mempengaruhi cara konseling dan cara
menganalisis masalah.
2.
Orientasi perkembangan siswa
Tiap individu
dalam tahapan usia tertentu memiliki tugas perkembangan. Pencapaian tugas
perkembangan merupakan tolak ukur dalam mendeteksi permasalahan klien. Bertolak
dari hal ini konselor dapat mendiagnosis sumber timbulnya permasalahan klien
agar pemecahan masalah berlangsung dengan efektif dan efisien.
3.
Orientasi permasalahan yang
dihadapi
Proses
konseling harus berfokus pada permasalahan yang saat ini dihadapi klien. Hal
ini berkaitan dengan asas kekinian. Konselor harus arif dan bijaksana
menanggapi klien dan mengarahkan situasi pada arah sasaran yang dituju untuk
memecahkan masalah klien.
I.
Peranan Guru
dalam Bimbingan dan Konseling
1.
Perkembangan pendidikan
Perkembangan
pendidikan akan selalu terkait dengan perkembangan lingkungna secara umum.
Salah satu ciri perkembangan pendidikan adalah perubahan dalam berbagai
komponen sistem pendidikan seperti kurikulum, strategi belajar-mengajar, alat
bantu mengajar dan sebagainya. Perkembangannya ini akan mempengaruhi kehidupan
siswa baik dalam bidang akademik. Sosial maupun pribadi. Dengan demikian siswa
diharapkan mampu melakukan penyesuaian diri untuk mencapai sukses yang berarti
dalam keseluruhan proses belajarnya.
Proses
penyesuaian diri para siswa memerlukan bantuan yang sistematis melalui
pelayanan bimbingan dan konseling bagi para siswa. Yang pada hakikatnya
merupakan salah satu konsekuensi dari perkembangan pendidikan.
2.
Peranan guru
Tugas dan
tanggung jawab pendidik yang paling utama ialah mendidik siswa untuk mencapai
kedewasaan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik guru perlu memahami
segala aspek pribadi anak didik. Guru hendaknya mengenal dan memahami tingkat
perkembangna anak didik, hal yang terkait dengan motovasi, kecakapan, kesehatan
mental dan sebagainya.
Tiga hal
pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dari segi
pendidikan. Pertama, dilihat dari hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar
dalam mengembangkan kepribadian. Proses pendidikan menuntut adanya pendekatan
yang lebih luas dari sekedar pengajaran, yaitu pendekatan senantiasa berkembang
secara dinamis, dengan demikian siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan
dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan. Ketiga, guru tudak hanya
sebagai pengajar namun juga sebagai pendidik. Guru seyogyanya dapat menggunakan
pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya melalui layanan bimbingan.
Salah satu
tugas guru yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu guru perlu mengenai dan
memahami dirinya sendiri. Guru harus punya informasi yang cukup untuk dirinya
sehubungan dengan peranannya, pekerjaannya, kebutuhan dan motivasinya,
kesehatan mentalnya dan tingkat kecakapan mental yang harus dimilikinya.
Dilihat dari
segi dirinya, seorang guru harus berperan sebagai:
a.
Petugas social
Dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat, guru senantiasa merupakan petugas yang dapat
dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.
b.
Pelajar dan ilmuan
Guru harus
senantiasa belajar untuk mengikuti pengetahuan dan menjadi spesialis sesuai
dengan bidang yang dikuasainya.
c.
Orang tua
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga. Dalam arti luas sekolah
merupakan keluarga dan guru sebagai orang tua bagi siswa-siswanya
d.
Pemberi keteladanan
Guru
senantiasa menjadi teladan bagi siswa dan menjadi ukuran bagi norma tingkah
laku.
e.
Pemberi keamanan
Guru
senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswanya, menjadi tempat berlindung bagi
siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.
Ditinjau dari
aspek psikologi, guru dapat dipandang sebagai:
Guru sebagai
petugas psikologi pendidikan yang melaksanakan tugasnya atas dasar
prinsip-prinsip psikologi.
b.
Seniman
Guru diharap
mampu membuat hubungan antara manusia untuk tujuan tertentu dengan menggunakan
teknik tertentu khususnya dalam kegiatan pendidikan.
c.
Pembentuk kelompok
Guru berperan
sebagai pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.
d.
Catalytic agent
Guru sebagai
orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan
e.
Petugas kesehatan mental
Guru
bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya bagi siswanya.
f.
Guru Sebagai Direktur Belajar
Proses
belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas daripada pengertian mengajar.
Dalam proses belajar-mengajar tersirat adanya suatu kesatuan aktivitas yang tak
terpisahkan dan interaksi antara guru dan siswa. Dalam hal ini akan terjadi
proses perubahan tingkah laku.
Dalam peranannya sebagai direktur belajar, guru hendaknya senantiasa
berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi anak untuk
belajar. Pendekatan yang digunakan guru dalam proses belajar-mengajar tidak
hanya melalui pendekatan instruksional tetapi juga dengan pendekatan pribadi.
Melalui pendekatan pribadi diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa
secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses
belajarnya.
Sebagai direktur belajar guru sekaligus berperang sebagai pembimbing.
Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharuskan mampu untuk:
a. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu dan kelompok
b. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar
c. Memberi kesempatan yang memadai agar tiap siswa dapat belajar sesuai
dengan karakteristik pribadinya.
d. Membantu siswa dalam menghadapi masalah pribadinya
e. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
- Program Bimbingan di Sekolah
Program bibmbingan dan konseling perlu disusun dengan baik. Program
bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian
layanan bimbingan dan konseling. Dijelaskan oleh Winkel bahwa program bimbingna
merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi dan terkoordinasi
selama periode waktu tertentu.
Program bimbingan menyangkut dua faktor yaitu 1) faktor pelaksana atau
orang yang akan memberikan bimbingan dan 2) faktor yang berkaitan dengan
perlengkapan. Metode, bentuk layanan dan sebagainya. Program bimbingan akan
memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efisien
dan efektif. Program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberi
banyak keuntungan seperti:
·
Menghemat waktu, usaha, biaya,
menghindari kesalahan da usaha coba-coba
·
Membuat siswa mendapat layanan
secara seimbang dan menyeluruh
·
Membuat setiap petugas mengetahui
dan memahami peran masing-masing
·
Memungkinkan para petugas
menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuan diri dan kepentingan
siswa yang dibimbing.
Miller
mengemukakan langkah-langkah penyusunan program bimbingan sebagai
berikut:
* Tahap
persiapan
Langkah ini
dilakukan dengan mengadakan survai untuk menginventarisasi tujuan, kemampuan
dan kebutuhan sekolah serta kesiapan dalam melakukan program bimbingan.
* Pertemuan
awal dengan para konselor
Tujuan
pertemuan ini ialah untuk menyamakan pemikiran tentang perlunya program
bimbingan serta merumuskan arah program yang akan disusun.
* Pembentukan
panitia
Panitia
bertugas merumuskan tujuan program, mempersiapkan bagan organisasi dan membuat
kerangka dasar program bimbingan.
* Pembentukan
panitia penyelenggara program
Panitia
bertugas mempersiapkan program tes, mempersiapkan dan melaksanakan sistem
pencatatan dan melatih para pelaksana program bimbingan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut.
- Variasi Program Bimbingan Menurut Jenjang
Pendidikan
Secara ideal program bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan
secara berkesinambungan mulia dari TK sehingga jenjang pendidikan tinggi. Hal
ini terkait dengan kebutuhan dan perkembangan anak untuk setiap jenjang
pendidikan berbeda. Dalam menentukan dan menyusun program bimbingan di tingkat
pendidikan tertentu, perlu memperhatikan rambu-rambu berikut:
·
Menyusun tujuan jenjang pendidikan
tertentu.
·
Menyusun tugas perkembangan dan
kebutuhan siswa pada tahap usia tertentu
·
Menyusun pola dasar sebagai
pedoman dalam memberikan layanan
·
Menentukan komponen bimbingan yang
diprioritaskan
·
Menentukan bentuk bimbingan yang
diutamakan
·
Menentukan tenaga bimbingan yang
dapat dimanfaatkan misalnya konselor, guru dan tenaga ahli lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Melihat dari pembahasan
mengenai pendidikan seumur hidup menurut pandagan islam, maka kami dapat
mengambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak
pernah selesai sampai kapanpun sepanjang kehidupan manusia didunia ini. Pendidikan
sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan
tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu
bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk
memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan bahwa
pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembagan manusia menuju kearah
cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan adalah
memilih arah atau tujuan yang ingin dicapai.
B. Saran
Sagat diharapkan kepada
pembaca untuk memberikan masukan, kritik dan saranyang membangun sehingga dapat
menjadi refleksi untuk perbaikan pada pembuatan makalah yang selanjutnya
DAFTAR
PUSTAKA
Hasbullah, Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Mudyahardjo, Redja, Pengantar
Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001.
Sabri, Alisu, Ilmu
Pendidikan , Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999.
Abd. Halim Soebahar, Matriks
Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Marwah, 2009.
Abdullah Fajar, Peradapan
dan Pendidikan Islam, Jakarta:Rajawali press, 1996.